Protista Mirip Jamur; Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh, Manfaat

Protista Mirip Jamur; Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh, Manfaat Protista Mirip Jamur - Organisme yang hidup di bumi ini sangat beragam. Salah satunya adalah anggota kingdom Protista. Dimana terdiri atas organisme yang mirip hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jamur (fungi). Protista terdiri dari organisme uniseluler atau multi seluler yang telah memiliki selaput inti pada nukleusnya.

Protista merupakan suatu takson yang anggotanya sangat beragam. Anggotanya bukan hewan, bukan tumbuhan, bukan jamur, dan bukan prokariot. Semua anggota kingdom Protista merupakan eukariotik, mempunyai inti yang jelas dan organel yang dikelilingi membran. Respirasi terjadi secara aerobik. Hidup bebas di laut atau air tawar, atau parasit di cairan tubuh atau jaringan makhluk hidup lain.

Protista mirip jamur memiliki kesamaan dengan jamur yaitu memiliki struktur menghasilkan spora, heterotrof, parasit, atau pengurai. Protista yang mirip jamur mempunyai struktur tubuh dan cara reproduksi yang tidak sama dengan kelompok fungi. Gerakan dan reproduksinya mirip dengan Amoeba sehingga dimasukkan kedalam anggota Protista. 

Ciri umum Protista mirip jamur 

  1. Bersifat uniseluler ataupun multiseluler. 
  2. Bersifat heterotrof.
  3. Habitatnya di hutan basah, batang kayu yang membusuk, sampah basah, dan tanah yang lembab ada juga yang hidup di air. 
  4. Cara hidup parasit ataupun saprofit

Klasifikasi

Protista mirip jamur dibagi menjadi 3 divisi yaitu 

1. Myxomycota (Jamur Lendir Plasmodial)

Myxomycota berasal dari kata myxo yang berarti “lendir” dan mykes yang artinya “cendawan/ fungi”

a. Ciri- ciri 

  1. Tubuhnya tidak bersekat, 
  2. Struktur tubuh vegetatifnya berbentuk seperti lendir yang disebut plasmodium.
  3. Memiliki masa amoeboid. 
  4. Bereproduksi secara aseksual (sporangium) dan seksual (singami)

b. Siklus Hidup Myxomycota 

  1. Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan oksigen lebih banyak. 
  2. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai  (stalk). Plasmodium dewasa memiliki kromosom diploid (2n). 
  3. Di dalam sporangium terjadi pemebelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan. 
  4. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n). 
  5. Sel- sel tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel amoeboid atau sel berflagel. 
  6. Terjadi singami antara sel- sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n).
  7. Nukleus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n)

c. Contoh 

  1. Physarium sp

2. Acrasiomycota (Jamur Lendir Seluler) 

Acrasiomycota disebut juga jamur lendir seluler yang tergolong protista mirip jamur. Jamur lendir seluler berbeda dengan jamur lendir plasmodial karena jamur lendir seluler merupakan organisme haploid (hanya zigot saja yang diploid). Adapun pada jamur lendir plasmodial, kondisi diploid lebih dominan dalam siklus hidupnya.

Gambar, Dictyostelium (Sumber, Cambell)

Jamur lendir memiliki tubuh buah (fruiting body) yang berfungsi dalam reproduksi aseksual. Selain itu, sebagian jamur lendir selule tidak memiliki tahapan berflagel. Siklus hidup jamur lendir seluler ini berbeda juga dengan jamur lendir plasmodial. Contoh spesiesnya adalah Dictyostelium.

a. Ciri- ciri 

  1. Jamur lendir bersekat
  2. Memiliki fase soliter (sendiri) dan agregat (koloni) 
  3. Reproduksi aseksual (membentuk tubuh buah atau fruiting body) dan seksual (singami sel amoeboid)

b. Siklus Hidup Acrasiomycota

  1. Pada saat persediaan makanan tidak ada, sel- sel amoeboid berkromosom haploid (n) membentuk agregat (koloni). 
  2. Agregat berbentuk seperti peluru dan dapat berpindah tempat. 
  3. Agregat menetap di suatu tempat untuk membentuk tubuh buah (fruiting body) 
  4. Beberapa sel mengering membentuk batang penyokong (stalk). Kemudian, sel- sel yang lain bergerak merayap ke atas sel yang mengering, menjadi kumpulan spora yang haploid (n). Stalk dengan kumpulan spora tersebut merupakan tubuh buah. 
  5. Spora bersifat resistant atau tahan terhadap kondisi lingkungan buruk (misalnya, kekeringan) 
  6. Bila spora jatuh di tempat yang menguntungkan, maka akan tumbuh menjadi sel amoeboid yang haploid (n). 
  7. Sel amoeboid berada dalam tahap makan, hidup soliter, dan bergerak dengan pseudopodia. 
  8. Bila makanan sudah tidak tersedia, maka sel- sel amoeboid mengeluarkan senyawa kimiawi yang dapat merangsang sel amoeboid lain untuk bergerak kea rah pusat agregat untuk membentuk suatu unit.
  9. Pada kondisi tertentu, sel amoeboid dapat melakukan singami sehingga terbentuk zigot yang diploid (2n).
  10. Zigot yang diploid (2n) akan memakan sel amoeboid lain dan tumbuh menjadi sel raksasa yang dilindungi dinding sel yang resisten. Sel raksasa tersebut kemudian mengalami pembelahan secara meiosis dan beberapa kali mitosis sehingga menghasilkan sel- sel amoeboid yang haploid (n) di dalamnya. 
  11. Bila dinding sel raksasa pecah, maka sel amoeboid baru yang haploid (n) akan keluar dan menjadi sel pemakan (misalnya memakan bakteri). Sel- sel amoeboid hasil reproduksi seksual dapat membentuk agregat bila di lingkungan tidak tersedia makanan yang memadai.

c. Contoh

  1. Dictyostelium discoideum

3. Oomycota (Jamur Air)

Oomycota dikenal juga dengan jamur air, adalah kelompok protista bersel tunggal yang berfilamen.

a. Ciri - ciri 

  1. Tubuh berupa benang/ hifa tidak bersekat, dan mempunyai banyak inti. 
  2. Dinding sel terbuat dari selulosa.
  3. Reproduksi secara aseksual (membentuk zoospore berflagel) dan seksual (pembentukan oogonium) 

b. Siklus Hidup Oomycota 

  1. Reproduksi aseksual bermula dengan adanya zoosporangium (2n) yang berada pada ujung hifa yang terbentuk dari benang atau hifa yang membengkak. 
  2. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berflagella yang disebut zoospora (2n). Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi miselium baru. 
  3. Jika lingkungan yang tidak memungkinkan, maka Zoospora ini kemudian membentuk sista (2n) untuk bertahan hidup.
  4. Reproduksi seksual terjadi dengan cara oogami. Di dalam oogonium dibentuk sel telur, sedangkan di dalam anteridium tidak terbentuk sel sperma, tetapi terdapat banyak inti. 
  5. Jika anteridium bersentuhan/menempel dengan oogonium akan menghasilkan saluran fertilisasi yang akan menembus oogonium dan menyediakan jalan bagi perpindahan inti.
  6. Pembuahan oosfer (sel telur) menghasilkan zigot. Zigot mempunyai dinding tebal dan tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan, seperti udara dingin dan kekeringan. Zigot akan berkembang menjadi oospora. Setelah mengalami fase istirahat, intinya mengalami reduksi dan selanjutnya tumbuh menjadi individu baru. Dimana individu baru ini mula-mula berinti empat, tetapi selanjutnya berinti banyak. 
  7. Selanjutnya zigot mengalami germinasi/ perkecambahan untuk terjadinya pembebasan zigot yang dapat mengalami pembelahan meiosis untuk menghasilkan individu-individu lainnya 

c. Contoh

  1. Saprolegnia sp
  2. Plasmopora viticola
  3. Phytophthora infestans

Peranan

  1. Saphrolegnia mempunyai miselium dan hifa sebagai alat reproduksi. Jamur ini merupakan saprofit pada hewan air yang telah mati. Jamur ini dikatakan mempunyai spora kembara dimorph, misalnya Saphrolegnia sp, hidup saprofit pada bangkai serangga yang mati di air.
  2. Phytophthora adalah jamur karat putih yang dapat hidup secara saprofit atau parasit. 
  3. Phytopthora infestan, parasit pada tanaman kentang. 
  4. Phytopthora nicotinae, parasit pada tanaman tembakau. 
  5. Phytopthora faberi, parasit pada tanaman karet. 
  6. Pytium sp, hidup parasit pada tanaman yang sedang berkecambah. 
  7. Plasmopora viticola, merupakan jamur putih yang mucul bergerombol pada buah anggur. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url