Mengenal Eritrosit dan Fungsinya Bagi Tubuh

Mengenal Eritrosit atau Sel Darah Merah dan Fungsinya Bagi Tubuh - Pada artikel kali ini admin akan berbagi materi tentang sel darah merah atau Eritrosit. Yang akan admin sampaikan tentang fungsi dan pearan ertirtosit bagi tubuh, Untuk lebih jelasnya silahkan simak artikel ini hingga akhir.

Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel). Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang.  Perhatikan bentuk sel darah merah pada gambar dibawah ini;

Sel Darah Merah (Sumber Campbell)

Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu per satu warnanya kuning tua, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah, dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin. 

Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai daya ikat terhadap oksigen dan CO2 Perhatikan perbedaan hemoglobin dengan oksigen dan tanpa oksigen pada gambar dibawah ini (Biologi Concepts dan Connections,2006).

Perbedaan Hemoglobin dengan Oksigen dan tanpa oksigen
Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen akan berwarna merah cerah. Adapun hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen, berwarna merah gelap atau kebiru-biruan. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang. Misalnya, di tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki atas, dan tulang pinggul. Sel darah merah tidak mempunyai inti sel sehingga sel darah merah tidak dapat hidup lama. 

Sel darah merah hanya dapat hidup sekitar 120 hari. Setiap detik lebih kurang 2 juta sel darah merah dalam tubuh kita mati dan digantikan oleh yang baru. Sel darah yang mati atau rusak dikeluarkan dari sistem peredaran darah. Kemudian, masuk ke hati atau limfa untuk dipecah. Zat besi yang dikandung sel darah tersebut kemudian diangkut darah menuju sumsum tulang untuk dirakit kembali menjadi molekul hemoglobin yang baru hingga akhirnya terbentuk sel darah yang baru. Walaupun proses daur ulang tersebut memiliki nilai efisiensi yang tinggi, ada sebagian kecil zat besi yang dibuang dan harus digantikan melalui makanan. Pendarahan akibat kecelakaan atau menstruasi mengurangi zat besi yang disimpan.

Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan; zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat di lihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar. Bila terjadi pendarahan, sel merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen hilang. Pada pendarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, diperlukan transfusi darah. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit,

  1. Jenis kelamin; pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1 – 5,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,3 – 5,2 juta per mililiter kubik darah.
  2. Usia; orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak-anak.
  3. Tempat ketinggian; orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih banyak.
  4. Kondisi tubuh seseorang; sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah eritrosit dalam darah.

Konsentrasi cairan eritrosit sangat erat kaitannya dengan konsentrasi lingkungannya (misalnya, plasma darah). Apabila konsentrasi cairan eritrosit lebih tinggi dari cairan lingkungannya (eritrosit hipertonis terhadap lingkungan) maka air dari lingkungan akan masuk ke dalam eritrosit (osmosis) akibatnya volume eritrosit akan membesar dan bila terjadi dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan membran plasma eritrosit pecah karena tekanan cairan sitoplasma yang meningkat. Proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila konsentrasi cairan sitoplasma eritrosit lebih rendah dari lingkungannya (hipotonis terhadap lingkungan) maka air dari cairan eritrosit akan keluar menuju lingkungan, volume eritrosit akan mengecil. Bila terjadi dalam waktu lama menyebabkan membran plasma eritrosit mengkerut dan eritrosit mati. Proses ini disebut krenasi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url