Memahami Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)Dalam kehidupan sehari-hari tentu pernah melihat atau mendengar, bahkan mungkin mengalami kondisi tubuh yang sehat yang dapat memungkinkan untuk melakukan aktivitas, namun disisi lain tubuh bisa mengalami sakit. Kondisi tubuh yang sakit dapat diakibatkan oleh organisme mikroskopis atau organisme yang ukuran kecil seperti virus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) yaitu infeksi oleh virus yang dapat mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga penderita sangat peka dan mudah terserang oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang norma, tetapi dengan kekebalan tubuh yang tidak normal dapat menyebabkan penyakit  dan memiliki kesempatan untuk menginfeksi orang lain.

A. Ciri-ciri umum virus HIV

Setiap organisme memiliki ciri atau karkteristik yang dimiliki sehingga dapat membedakan dengan organisme lainya, adapun ciri-ciri virus HIV adalah sebagai berikut :

  1. HIV dan retrovirus lainnya diselimuti virus yang mengandung dua molekul identik RNA berantai tunggal
  2. Memiliki enzim Reverse transcriptase (RT) rantai ganda: suatu enzim Polymerase DNA yang RNA-dependent atau virion-associated inang untuk HIV adalah CD4 yang dimiliki T limposit (Kusnadi. dkk.)
  3. Berat molekul sebesar 6-10 x 106 Dalton.
  4. Besar partikel virus ialah 100 nm
  5. Mempunyai peplos/selubung dengan nukleokapsid yang berbentuk ikosahedral

B. Perkembangbiakan dan penyebaran virus HIV

a. Perkembangbiakan Virus HIV adalah sebagai berikut :

  1. Virus bebas
  2. Pengikatan dan pemaduan: Virus mengikat pada reseptor CD4 dan salah satu reseptor bersama (CCR5 atau CXCR4). Molekul reseptor adalah umum di permukaan sel. Kemudian virus memadukan dengan sel 
  3. Infeksi : Virus menembus sel. Isi dikosongkan dalam sel
  4. Reversetranscription : Serat tunggal RNA virus disatukan dengan virus diubah menjadi DNA dua serat oleh enzim reverse transcriptase 
  5. Penyatuan: DNA dalam virus yang baru terbentuk DNA sel oleh enzim integrase 
  6. Transcription: waktu sel yang terinfeksi membagi DNA virus “dibaca” dan rantai protein yang panjang dibuat.
  7. Perakitan: sekelompok rantai protein virus mengumpul
  8. Tonjolan: Virus belum matang mendesak ke luar sel, diikuti oleh beberapa selaput sel. Enzim protease mulai mengelola protein
  9. Virus belum matang melepaskan diri dari sel yang terinfeksi
  10. Menjadi matang: Rantai protein pada bibit virus baru dipotong oleh enzim protease menjadi protein tunggal. Protein ini bergabung menjadi virus yang siap bekerja.

b. Penyebaran virus HIV

1. Penularan melalui hubungan seksual.

Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Risiko transmisi HIV dari air liur jauh lebih kecil daripada risiko dari air mani.

Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.

2. Paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi.

Rute transmisi ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV.

3. Transmisi ibu ke anak.

Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut pola dan lama menyusui. Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak. 

C. Cara penanggulangan virus HIV

  1. Pemberian obat anti virus (Abakavir, Amprenavir, Ataanavir, Delavirdin, Didanosin, Emitrisitabin, Envuvirtid, Efapiren, Indinavir, Lamivudin, Lopinavir, Nelfinavir, Ritonavir, Saquinavir, Stavudin, Tenofovir, Salsasitabin dan Zidovudin) yang berguna untuk menghambat  replikasi virus lebih lanjut didalam sel.
  2. Kemoterapi infeksi virus HIV dengan kombinasi obat untuk meningkatkan penghambatan replikasi virus dan untuk menurunkan toksisitas obat. Pemilihan kombinasi didasarkan pada sifat genotif dan fenotif virus, komponen virus, factor pasien antara lain gejala penyakit dan kejadian penyakit, pengaruh interaksi obat, kenyamanan dan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.
  3. Menjaga pola hidup sehat dengan Makan makanan yang bergizi tinggi, Selalu hidup bersih dan sehat
  4. Menghindari hubungan seks di luar nikah atau berganti-ganti pasangan;
  5. Pemakaian kondom pada mereka yang mempunyai pasangan HIV positif;
  6. Wanita dengan HIV positif agar tidak hamil dan bila hamil mengikuti program pencegahan HIV dari ibu ke anak;
  7. Tidak melakukan pendonoran darah 
  8. Meminta nasihat dokter mengenai apa yang seharusnya dilakukan

D. Cara pencegahan virus HIV

Dalam upaya menurunkan resiko terinveksi HIV, berbagai organisasi kesehatan dunia termasuk Indonesia mengajurkan pencegahan melalui pendekatan ABCD yaitu,

  1. A atau Abstinence yaitu menunda kegiatan seksual, tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah.
  2. B atau Be faithful yaitu saling setia pada pasangannya setelah menikah.
  3. C atau Condom yaitu menggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks berisiko.
  4. D atau Drugs yaitu tidak menggunakan napza teruatam napza suntik agar tidak mengguanakan jarum suntik secara bergantian dan bersama-sama

Upaya pencegahan juga dilakukan dengan cara memberikan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat agar tidak melakukan perilaku berisiko, khususnya pada remaja. Ada lima tingkat pencegahan (five level prevention) menurut Level & Clark, yaitu:

  1. Promosi kegiatan (healt promotion)
  2. Perlindungan khusus (specific protection)
  3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis & prompt treatment)
  4. Pembatasan cacat (disabaliyi limitation)
  5. Rehabilitasi (rehabilitation)

Dalam proses pencegahan terhadap semakin meluasnya epidemic HIV/AIDS semua elemen dari masyarakat bertanggung jawab terhadap proses pencegahan. yang bertanggung jawab terhadap pencegahan persebaran HIV/AIDS adalah:

1. Individu

Seseorang harus mengadopsi gaya hidup dan perilaku yang sehat dan mengurangi resiko penularan HIV. Orang terinfeksi HIV menjadi orang yang bertanggung jawab bahwa mereka untuk seterusnya tidak akan menyebarkan virus ke orang lain

2. Keluarga

Keluarga harus mengadopsi nilai-nilai peningkatan kesehatan. keluarga harus memberikan pemahaman dan simpati serta perlindungan untuk menolong anggota keluarga yang divonis orang terinveksi HIV dalam menghadapi situasi yang tidak normal dan memaksimalkan potensi kesehatan untuk mempertahankan diri dari infeksi yang lain.

3. Masyarakat

Masyarakat harus menghindari sikap diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV dan meningkatkan suasana lingkungan yang mendukung dengan norma social yang bersifat melindungi. masyarakat juga harus berusaha keras meminimalkan kemiskinan yang cencerung memperburuk situasi.

4. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan memiliki tanggung jawab ganda terhadap penyedian perawatan dan konseling terhadap orang terinfeksi HIV. mereka harus menyediakan tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah penyebaran infeksi ke klien yang lain dan diri mereka sendiri.

5. Media

Media masa memilki peran yang dengan mudah dapat di jangkau oleh banyak pembaca dan murah dalam menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS

6. Ahli kesehatan 

Para ahli kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat membantu menyebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dengan melakukan proses pembelajaran di masyarakat.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url