Jelaskan Perbedaan Suksesi Primer dan Suksesi Sekunder
Perbedaan Suksesi Primer dan Suksesi Sekunder - Suatu komunitas tidak berada dalam keadaan statis, namun mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat diamati dan seringkali perubahan tersebut berupa pergantian ke komunitas lain. Misalnya, ada kebun jagung yang ditinggalkan setelah panen dan tidak ditanami lagi. Di tempat itu akan bermunculan berbagai jenis gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan tersebut dibiarkan cukup lama, dalam komunitas itu akan terjadi pergantian komposisi spesies yang mengisi lahan tersebut. Perubahan secara bertahap pada struktur komunitas sepanjang waktu disebut suksesi.
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Para ahli ekologi telah mempelajari asosiasi antar-organisme dalam beberapa tahap untuk mengetahui mekanisme suksesi. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
Suksesi primer
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya karena tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1.883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karena aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat mengadakan pelapukan lahan. Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.
Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contoh gangguan alami misalnya banjir, gelombang laut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.
Contoh suksesi sekunder misalnya ketika padang rumput atau hutan dibersihkan untuk kegiatan pertanian atau bpenebangan pohon. Jika daerah tersebut ditinggalkan atau didiamkan saja setelah digunakan, akan terjadi suksesi kembali. Padang rumput atau kebun yang ditinggalkan akan ditumbuhi lagi oleh rerumputan baru, perdu, dan pohon-pohon.
Pada musim kemarau tahun 1.997, api membakar hutan-hutan di kalimantan. Beribu-ribu hektar pohon, perdu, serta rumput terbakar. Banyak hewan mati karena asap dan api. Beberapa hewan lain pindah keluar dari hutan. Abu hasil tumbuhan dan hewan yang terbakar menyediakan nutrisi bagi kecambah atau tunas tumbuhan. Tumbuhan baru akan tumbuh di daerah tersebut dan populasi hewan akan kembali lagi. Hewan-hewan tersebut akan memberi senyawa organik untuk tanah sehingga banyak tumbuhan lain akan hidup di daerah tersebut. Tumbuhan menyediakan makanan lebih banyak untuk herbivora. Beberapa herbivora memberi makan untuk karnivora. Keseluruhan proses tersebut menyebabkan populasi berubah dan komunitas berkembang secara berkesinambungan.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik.
Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba bandingkan kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat kering). Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun.
Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
- Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
- Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
- Kehadiran pemencar benih.
- Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan.
- Jenis substrat baru yang terbentuk.
- Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Suksesi tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik.
Pada beberapa tempat, suksesi akan berlangsung melalui tahap-tahap sampai faktor biotik dan abiotik seimbang. Komunitas yang mengalami keseimbangan disebut komunitas klimaks. Komunitas klimaks merupakan hasil akhir dari suksesi. Misalnya suksesi rawa menjadi daratan yang merupakan komunitas klimaks.
Tipe komunitas klimaks yang berkembang dibedakan dibedakan oleh faktor-faktor pembatas lingkungan. Di daerah dimana air merupakan faktor pembatas, komunitas klimaksnya adalah gurun. Pada daerah pegunungan, komunitas klimaks terdiri dari lumut kerak dan lumut, serta jarang terdapat pohon karena faktor-faktor pembatasnya adalah suhu, air, dan angin. Sepanjang kondisi lingkungan menjadi konstan maka komunitas klimaks akan bertahan.
Telah dijelaskan bahwa akhir sukses adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :
- Hidroser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar.
- Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau.
- xeroser yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun.
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominant. Berdasarkan pengaruh musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut :
- Hipotesis monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu hanya terdapat satu komunitas klimaks.
- Hipotesis poliklimaks mengemukakan bahwa komunitas klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya mungkin dominan.